9 Jan 2015

SEKULARISME BIANG KERUSAKAN BANGSA

Sudah lebih dari 69 tahun kemerdekaannya negeri ini masih berada jauh dari nilai-nilai kebangkitan. Yang terjadi justru sebuah kemerosotan yang terjadi disegala bidang kehidupan yang ada. Dalam masa pemerintahan abinet Indonesia Bersatu Jilid II saja sudah cukup banyak kasus yang dialami. Mulai dari kasus century, kasus rekening gendut polri, kasus mafia pajak “Gayus Tambunan”, Kasus Asusila beberapa artis dalam video porno, dan berbagai masalah lainnya yang tak kunjung ada habisnya. Ada apa ini sebenarnya, sehingga kerusakkan akhlak bangsa semakin parah?
Fenomena seperti itu sungguh sangat meresahkan. Sehingga Presiden harus meminta bantuan para ulama untuk ikut memperbaiki akhlak bangsa. Analisis yang dilakukan presiden sangatlah tepat bahwa ada korelasi yang sangat kuat antara pemahaman agama islam tentang akhlak. Mayoritas penduduk Indonesia adalah umat islam dan memang benar dukungan dan peran ulama sangat besar didalamnya.
Namun perlu kita cermati juga bahwa ceramah atau pemberian materi tentang agama oleh Ulama saja tidak cukup untuk menghadapi permasalahan yang sangat kompleks ini. Kerusakan akhlak bahkan telah merebak luas dimasyarakat dari sabang hingga merauke bumi Indonesia. Kerusakan akhlak ini bahkan telah menjadi kerusakan sistemik.
Perlu usaha yang extra jika ulama yang hanya bisa menjangkau individu per individu untuk melakukan perubahan masyarakat, namun sistem yang diterapkan oleh bangsa ini adalah sistem sekuler atau sekulerisme.
Sekulerisme adalah suatu paham yang menganut pemisahan antara agama dengan kehidupan.  Sekilas hal ini tidak berarti apa-apa. Namun coba kita amati beberapa kerusakan yang terjadi tadi seperti korupsi, perzinahan, pembunuhan, penyelewengan amanah rakyat itu adalah buah dari diterapkannya paham ini dalam kehidupan.

Ketika sistem ini diterapkan orang-orang hanya menganggap bahwa agama adalah urusan  individu saja sedangkan dalam ranah public yang diterapkan adalah sistem yang lain. Sehingga dalam diri individu yang sebenarnya merupakan bagian dari masyarakat akan melalaikan bahwa dalam setiap aktivitasnya akan ia pertanggungjawabkan nanti kepada Tuhannya.

Islam tidak mengenal yang demikian, islam mengajarkan bahwa setiap aktivitas yang dilakukan manusia akan ia pertanggungjawabkan nanti dihadapan Tuhannya. Jadi seluruh aktivitasnya harus selalu terikat kepada aturan Allah. Misalnya dalam jual beli harus menggunakan akad yang jelas tidak boleh riba, hubungan wanita dan laki-laki harus dengan pernikahan bukan perzinahan, Pekerjaan adalah amanah jadi harus dijalankan dengan baik, melakukan pencurian itu dosa sehingga tidak boleh melakukannya dan peraturan lain yang sekarang sudah jauh dari ruang pikir masyarakat.

Pemisahan agama dan kehidupan akan memisahkan pula individu dan masyarakat dari pengaruh agama. Seperti jika didalam rumah/masjid melakukan ibadah shalat, tapi ketika dimasyarakat dia tetap melakukan zina,korupsi, pencurian,dsb. Jadi bukan hanya himbauan kepada ulama saja yang harus dilakukan tapi perubahan yang lebih mendasarlah yang harus dilakukan yaitu merubah sistem yang tengah diterapkan yaitu sekulerisme dengan menerapkan aturan islam. [Nila Yustisa Paramitha/Januari 2011]

0 comments:

Post a Comment