Oleh : Syamsuddin Ramadhan
Di antara
janji Allah swt yang diberikan kepada umat Islam adalah istikhlaf fi al-ardl. Istikhlaf fi al-ardl bermakna menjadi penguasa atau pengatur
urusan manusia (khalifah atau imam) di seluruh dunia. Istikhlaf tidak memiliki makna lain selain
makna penganugerahan kekuasaan dan tugas pengaturan urusan manusia di seluruh
dunia.Janji yang agung ini difirmankan
Allah di dalam surat An Nuur (24) ayat ke 55.
Allah swt berfirman;
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى
لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا
يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ
الْفَاسِقُونَ
"Dan Allah telah berjanji kepada
orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh
bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana
Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka, dan Dia
benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan
menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahkuKu dengan tiada mempersekutukan
sesuatu apapun dengan Aku; dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji)
itu, mereka itulah orang-orang yang fasik".[TQS An Nuur (24):55]
Di
dalam kitab Manaahil al-'Irfaan, juz 2/271, Imam al-Zarqaaniy
menjelaskan sebab turun ayat di atas sebagai berikut, "Sebab turunnya
surat An Nuur (24) ayat ke 55 ini ditunjukkan oleh sebuah riwayat yang
dishahihkan oleh Imam al-Hakim dari Ubaiy bin Ka'ab ra, bahwasanya ia berkata,
"Ketika Rasulullah saw dan para shahabatnya sampai di Madinah dan
orang-orang Anshor memberikan perlindungan kepada mereka, maka orang-orang Arab
bersatu padu memerangi mereka. Hingga
akhirnya, para shahabat dan Nabi saw tidak pernah melewati malamnya kecuali
dengan perang, dan mereka senantiasa bangun di waktu pagi dalam keadaan
perang. Para shahabat pun berkata,
"Tahukah kalian, kapan kita bisa melewati malam-malam kita dengan aman dan
tentram, dan kita tidak pernah lagi takut, kecuali hanya takut kepada Allah
swt? Lalu, turunlah firman Allah swt surat An Nuur (24):55. Imam Ibnu Abi Hatim juga menuturkan dari
al-Bara', bahwasanya ia berkata, "Ayat ini turun di saat kami berada dalam
ketakutan yang luar biasa. Demikianlah
keadaan para shahabat pada saat itu, walaupun
Allah swt telah berjanji kepada mereka, namun Dia tidak menyegerakan
terwujudnya janji Ilahiy itu, meskipun keadaan (ketakutan) mereka benar-benar
telah diluar keadaan yang normal. Hingga
akhirnya, Daulah Islamiyyah di Madinah berhasil menunjukki mereka, dan Allah
mengangkat mereka sebagai Khalifah yang menguasai seluruh penjuru dunia,; dan
Allah mewariskan kepada mereka negeri kerajaan Kisra, Romawiy. Tidak hanya itu saja, Allah menguatkan agama
yang telah diridloiNya untuk mereka, dan mengubah ketakutan mereka menjadi rasa
aman".[1]
Imam
AL-Baidlawiy di dalam Tafsir al-Baidlawiy menyatakan, "Frase
""Sesungguhnya Allah swt telah berjanji kepada orang-orang beriman
diantara kamu, dan orang-orang yang beramal sholeh", adalah seruan
(perintah/khithab) kepada Rasulullah saw dan umatnya, baik generasi awal maupun
umat yang senantiasa bersama beliau saw.
Huruf min di sini berfungsi untuk menjelaskan (lil bayaan).
"Layastakhlifannahum" artinya adalah, "menjadikan mereka para
khalifah pengatur bumi yang akan mengatur semua kekuasaan di dalam kekuasaan
mereka"...Seperti halnya Allah telah menjadi orang-orang sebelum mereka
sebagai penguasa; yakni Bani Israil yang berkuasa atas Mesir dan Syam setelah
runtuhnya kekuasaan al-Jabaabirah".[2]
Imam
Qurthubiy menyatakan, maksud dari frase "wa 'ada al-Allahu al-ladziina
aamanuu minkum wa 'amiluu al-shaalihaat layastakhlifannahum fi al-ardl"
adalah "Allah akan menjadikan diantara mereka para khalifah (penguasa);
dan para shahabat bersepakat untuk mengangkat Abu Bakar ra setelah terjadi
diskusi antara kaum Muhajirin dan Anshor di Saqifah bani Sa'idah…"[3]
Di dalam Tafsir Qurthubiy juga disebutkan,
bahwasanya Ibnu 'Athiyah menyatakan, "Ayat ini merupakan janji Allah
atas seluruh umat Islam tentang (kekuasaan) supremasi Islam atas seluruh
penjuru dunia; seperti sabda Nabi saw, "Bumi telah dikumpulkan untukku,
hingga aku menyaksikan timur dan baratnya.
Dan sungguh ummatku akan menguasai bumi yang telah dikumpulkan untukku". Ibnu 'Athiyyah berkata, "Ayat ini
merupakan janji kekuasaan atas seluruh kaum Muslim. Yang dimaksud dengan
"istikhlaafuhum" adalah menjadikan mereka menguasai bumi dan menjadi
penguasanya; seperti yang terjadi di Syam, Iraq, Khurasan, dan Maghrib". Ibnu 'Arabiy berkata, "Ayat ini
merupakan janji umum dalam masalah nubuwwah, khilafah, tegaknya dakwah, dan
berlakunya syariah secara umum."[4]
Imam
Thabariy di dalam tafsirnya menyatakan; makna frase "layastakhlifannahum
fi al-ardl", adalah sesungguhnya Allah akan mewariskan bumi kaum Musyrik,
baik dari kalangan Arab dan non Arab kepada mereka (umat Islam), dan menjadikan
mereka sebagai penguasanya dan mengatur urusan mereka; sebagaimana Allah telah
mengangkat sebagai penguasa orang-orang sebelum mereka; seperti yang dilakukan oleh Allah pada Bani
Israil. Sebab, mereka (Bani Israil)
berhasil mengalahkan rejim Jababirah di Syam dan menjadikan mereka sebagai
penguasa daerah itu, sekaligus sebagai penduduknya."[5]
Ali al-Shabuniy di dalam Shafwat
al-Tafaasiir, menafsirkan ayat di atas sebagai berikut, " Makna
frase "layastakhlifannahum fi al-ardl kamastakhlafa al-ladziina min
qablihim" adalah, Allah swt berjanji akan mewariskan bumi ini kepada
mereka (umat Islam), dan menjadikan mereka sebagai khalifah yang akan mengatur
muka bumi ini dalam kekuasaan mereka; sebagaimana Allah swt telah mengangkat
kaum Mukmin sebelumnya sebagai penguasa, dan menguasai negeri-negeri kaum
kafir."[6]
Imam
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyatakan, "Tatkala masih berada di
Mekah,
hampir 10 tahun lamanya, Nabi saw dan para shahabatnya menyembah dan
beribadah
kepada Allah swt secara sembunyi-sembunyi.
Mereka dalam keadaan penuh ketakutan, namun belum diperintahkan
berperang. Hingga akhirnya, Allah
memerintahkan mereka berperang setelah mereka berhijrah ke Madinah, dan
tiba di
sana. Sejak saat itu, mereka hidup dalam ketakutan. Mereka berjalan dan
bangun tidur dengan
menyandang senjata; dan siapa berperang dengan senjata-senjata mereka
jika
Allah swt telah berkehendak. Dalam
keadaan seperti itu, ada seorang shahabat bertanya kepada Nabi saw, "Ya
Rasulullah, sepanjang waktu kami terus berada dalam ketakutan; lantas,
kapan
kami bisa merasakan keamanan, dan bisa meletakkan senjata kami?
Rasulullah saw menjawab, "Sesungguhnya,
tidak akan pernah kalian bersabar, kecuali kalian akan mendapatkan
kemudahan;
hingga seorang laki-laki diantara kalian di kepung oleh pasukan yang
besar
dalam keadaan kaki terikat, dan tidak ada satupun pelindung". Lalu,
turunlah ayat ini. Tak lama kemudian, Allah swt memenangkan
Nabinya atas seluruh jazirah Arab, sehingga para shahabat hidup aman,
dan bisa
meletakkan senjata mereka. Setelah itu,
Allah swt mewafatkan Nabinya, dan mereka tetap berada dalam keadaan aman
sentausa di bawah kepemimpinan Abu Bakar, Umar, dan 'Utsman...."[7]
Imam
Syaukaniy, di dalam Fath al-Qadiir mengatakan, "Allah swt akan
menjadikan mereka sebagai khalifah atas muka bumi, yang akan mengatur semua
kekuasaan di bawah kekuasaan mereka".[8]
Di
dalam Kitab Zaad al-Masiir dinyatakan, "Frase
"layastakhlifannahum fi al-ardl", maknanya adalah Allah
mewariskan bumi Arab maupun non Arab untuk mereka, sekaligus menjadikan mereka
sebagai penguasa, pengatur, sekaligus sebagai penduduknya".[9]
Semua ini menunjukkan, bahwa Khilafah
al-Islamiyyah merupakan janji Allah yang paling agung bagi kaum Mukmin.
Pasalnya, dengan tegaknya kekuasaan Islam ini (Khilafah al-Islamiyyah), agama
Allah swt bisa ditegakkan secara sempurna, dan keamanan kaum Muslim bisa
diwujudkan secara nyata.
Janji Kekhilafahan Dalam Sunnah
Di dalam hadits-hadits shahih, Nabi Mohammad saw telah mengabarkan
kabar gembira (bisyarah) kepada kaum Muslim tentang kekuasaan umat Islam
yang mencakup seluruh muka bumi. Imam Muslim menuturkan sebuah hadits dari Tsauban,
bahwasanya Rasulullah saw bersabda:
ِنَّ اللَّهَ زَوَى لِي الْأَرْضَ فَرَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا
وَإِنَّ أُمَّتِي سَيَبْلُغُ مُلْكُهَا مَا زُوِيَ لِي مِنْهَا...“ (أخرجه الامام
مسلم, صحيح مسلم 4:2215 , الترمذي, سنن الترمذي 4:472 ,ابو داود,سنن ابو
داود,4:97)
”Sesungguhnya Allah swt telah
mengumpulkan (dan menyerahkan) bumi kepadaku, sehingga aku bisa menyaksikan
timur dan baratnya. Sesungguhnya umatku,
kekuasaannya akan mencapai apa yang telah dikumpulkan dan diserahkan
kepadaku”.[HR. Imam Muslim, Tirmidziy, dan Abu Dawud]
Al-Hafidz
al-Khaathabiy berkata:
”.. وَمَعْنَاهُ أَنَّ الْأَرْضَ
زُوِيَتْ لِي جُمْلَتُهَا مَرَّةً وَاحِدَةً فَرَأَيْت مَشَارِقَهَا
وَمَغَارِبَهَا , ثم هي تفتح لأمتي جزأ فجزأ حتى يصل ملك أمتي إلى كل أجزائها...
(العلامة الشيخ محمد عبد الرحمن المباركفوري, تحفة الاحوذي بشرح سنن
الترمذي,4:468)
”..Maknanya adalah, sesungguhnya
bumi telah dikumpulkan dan diserahkan kepadaku seluruhnya secara serentak,
sehingga aku bisa menyaksikan timur dan baratnya. Kemudian, bumi akan ditaklukkan untuk ummatku
bagian demi bagian, hingga kekuasaan umatku meliputi seluruh bagian muka
bumi”..[Imam al-Mubarakfuriy, Tuhfat al-Ahwadziy bi Syarh Sunan al-Tirmidziy,
juz 4/468]
Imam
An Nawawiy Asy Syafi’iy ra, menyatakan:
..فيه إشارة إلى أن ملك هذه الأمة يكون معظم امتداده في جهتي
المشرق والمغرب وهكذا وقع وأما في جهتي الجنوب والشمال فقليل بالنسبة إلى المشرق
والمغرب انتهى (العلامة الشيخ محمد شمس الحق العظيم, عون المعبود بشرح سنن ابو
داود, 9:292)
”Di
dalam hadits ini ada isyarat bahwasanya kekuasaan umat ini akan membentang
(membesar) pada arah timur dan barat, dan inilah yang telah terjadi. Adapun pada arah selatan dan utara, maka itu
lebih kecil jika dinisbahkan kepada timur dan barat. Selesai.”[Imam Syams
al-Haqq al-’Adziim, ’Aun al-Ma’buud bi Syarh Sunan Abu Dawud, juz 9/292]
Imam Ahmad menuturkan sebuah riwayat
yang berbicara tentang akan tegaknya Kekhilafahan ’Ala Minhaj an-Nubuwwah,
sebagai berikut:
حَدَّثَنَا
سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ حَدَّثَنِي دَاوُدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ
الْوَاسِطِيُّ حَدَّثَنِي حَبِيبُ بْنُ سَالِمٍ عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ
قَالَ كُنَّا قُعُودًا فِي الْمَسْجِدِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ بَشِيرٌ رَجُلًا يَكُفُّ حَدِيثَهُ فَجَاءَ أَبُو
ثَعْلَبَةَ الْخُشَنِيُّ فَقَالَ يَا بَشِيرُ بْنَ سَعْدٍ أَتَحْفَظُ حَدِيثَ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْأُمَرَاءِ فَقَالَ
حُذَيْفَةُ أَنَا أَحْفَظُ خُطْبَتَهُ فَجَلَسَ أَبُو ثَعْلَبَةَ فَقَالَ
حُذَيْفَةُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَكُونُ
النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا
شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ
فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ
أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ
يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا
جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا
شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ
ثُمَّ سَكَتَ (رَوَاهُ اَحْمَدُ)
Imam Ahmad
berkata, "Sulaiman bin
Dawud al-Thayaalisiy telah meriwayatkan sebuah hadits kepada kami; di mana ia berkata, "Dawud bin Ibrahim al-Wasithiy
telah menuturkan hadits kepadaku (Sulaiman bin Dawud al-Thayalisiy). Dan Dawud bin Ibrahim berkata, "Habib
bin Salim telah meriwayatkan sebuah hadits dari Nu'man bin Basyir; dimana ia
berkata, "Kami sedang duduk di dalam Masjid bersama Nabi saw, --Basyir
sendiri adalah seorang laki-laki yang suka mengumpulkan hadits Nabi saw. Lalu, datanglah Abu Tsa'labah
al-Khusyaniy seraya berkata, "Wahai
Basyir bin Sa'ad, apakah kamu hafal hadits Nabi saw yang berbicara tentang para
pemimpin? Hudzaifah menjawab, "Saya hafal khuthbah Nabi saw." Hudzaifah berkata, "Nabi saw bersabda, "Akan
datang kepada kalian masa kenabian, dan atas kehendak Allah masa itu akan
datang. Kemudian, Allah akan menghapusnya, jika Ia berkehendak
menghapusnya. Setelah itu, akan datang
masa Kekhilafahan 'ala Minhaaj al-Nubuwwah; dan atas kehendak Allah masa itu
akan datang. Lalu, Allah menghapusnya
jika Ia berkehendak menghapusnya.
Setelah itu, akan datang kepada kalian, masa raja menggigit (raja yang
dzalim), dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya, jika Ia berkehendak
menghapusnya. Setelah itu, akan datang
masa raja dictator (pemaksa); dan atas kehendak Allah masa itu akan datang;
lalu Allah akan menghapusnya jika berkehendak menghapusnya. Kemudian, datanglah masa Khilafah 'ala
Minhaaj al-Nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas kenabian). Setelah itu, beliau diam".[HR. Imam
Ahmad]
Imam Ahmad juga menuturkan sebuah hadits dari Tamim
al-Daariy bahwasanya beliau mendengar Rasulullah saw bersabda:
”لَيَبْلُغَنَّ
هَذَا الْأَمْرُ مَا بَلَغَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَلَا يَتْرُكُ اللَّهُ بَيْتَ
مَدَرٍ وَلَا وَبَرٍ إِلَّا أَدْخَلَهُ اللَّهُ هَذَا الدِّينَ بِعِزِّ عَزِيزٍ
أَوْ بِذُلِّ ذَلِيلٍ عِزًّا يُعِزُّ اللَّهُ بِهِ الْإِسْلَامَ وَذُلًّا يُذِلُّ
اللَّهُ بِهِ الْكُفْرَ“ وَكَانَ تَمِيمٌ
الدَّارِيُّ يَقُولُ قَدْ عَرَفْتُ ذَلِكَ فِي أَهْلِ بَيْتِي لَقَدْ أَصَابَ مَنْ
أَسْلَمَ مِنْهُمْ الْخَيْرُ وَالشَّرَفُ وَالْعِزُّ وَلَقَدْ أَصَابَ مَنْ كَانَ
مِنْهُمْ كَافِرًا الذُّلُّ وَالصَّغَارُ وَالْجِزْيَةُ (اخرجه الامام احمد,
المسند, 34:308).
“Urusan (agama) ini akan mencapai apa yang malam dan
siang mencapainya. Dan Allah swt tidak
membiarkan Bait al-Madar dan Bait al-Wabar, kecuali Allah akan memasukkannya ke
dalam agama ini, dengan kemuliaan, atau dengan kehinaan. Kemuliaan, yang Allah akan memulyakannya
dengan Islam, dan kehinaan, yang Allah akan menghinakannya dengan
kekufuran”. Tamim al-Daariy berkata,
“Saya melihat itu pada penduduk negeriku.
Sungguh, sebagian orang yang masuk Islam mendapatkan kebaikan,
kehormatan, dan kemulyaan. Sedangkan sebagian orang yang kafir, mereka
mendapatkan kehinaan, kekerdilan, dan wajib membayar jizyah”.[HR. Imam Ahmad,
dalam Musnah Imam Ahmad, juz 34/308]
Imam Ath
Thahawiy berkata:
أنه قد يحتمل أن يكون المراد في حديث
تميم عموم الأرض كلها ، حتى لا يبقى بيت إلا دخله ، إما بالعز الذي ذكره ، أو
بالذل الذي ذكره في هذا الحديث... ((مشكل الاثر, 13:389
“Sesungguhnya hadits Tamim al-Daariy ini harus dibawa ke arah
makna “umumnya muka bumi keseluruhannya, hingga tidak ada suatu negeri kecuali
masuk dalam kekuasaan Islam, baik dengan kemulyaan sebagaimana yang beliau
ceritakan, atau dengan kehinaan sebagaimana yang beliau tuturkan dalam hadits
ini”.[Musykil al-Atsar, juz 13/389]
Hadits ini didukung
sekitar delapan hadits lain, dengan makna yang sama. Seperti masuknya Islam ke
setiap rumah, al-waraq al-mu’allaq, turunnya Khilafah di al-Quds, dan lain
sebagainya.
Adapun makna hadits kembalinya
Khilafah ‘ala Minhaj Nubuwwah ini diriwayatkan oleh 25 sahabat, yang kemudian
diriwayatkan oleh 39 tabiin, kemudian diriwayatkan oleh 62 tabiit
tabiin.
[1] Imam
al-Zarqaaniy, Manaahil al-'Irfaan, juz 12, hal. 271
[2]
Imam al-Baidlawiy, Tafsir al-Baidlawiy, juz 4,
hal.197
[3] Imam Qurthubiy, Tafsir al-Qurthubiy, juz 1, hal.
264
[4] Imam Qurthubiy, Tafsir al-Qurthubiy, juz 12, hal.
299-202
[5] Imam al-Thabariy, Tafsir
al-Thabariy, juz 15, hal. 158-160
[6] Ali
al-Shabuniy, Shafwat al-Tafaasiir, juz 2, hal.347
[7] Imam Ibnu
Katsir, Tafsir Ibnu Katsiir, juz 3, hal.302
[8] Imam Syaukaniy, Fath
al-Qadiir, juz 4, hal. 47
[9] 'Abdurrahman
bin Ali bin Mohammad al-Jauziy, Zaad
al-Masiir, juz 6, hal. 58
0 comments:
Post a Comment