sebut saja Zain, mahasiswa salah satu Universitas yang ada di makassar, karakternya agak berkepribadian kuat dan tak suka neko-neko...
dia pernah menjabat sebagai Ketua Komisi 3 di salah satu Majelis Permusyawaratan Mahasiswa di salah satu fakultasi di univesitas itu...
bermula sejak dia merasa tidak kerasan akan masalah yang ada di depan matanya dan tak ia suka jika ia mendiamkan akan hal itu, berbagai tindak ketidak adilan terjadi, ia sadar banyak mahasiswa yang menjadi korban jika tak di lakukan apap-apa menhadapi hal itu, lagi pula bathin akan merontah menjerit jika hal itu di biarkannya... hal itu sudah menjadi tabiatnya yang tak suka akan ketidak adilan...
di mulai dari protes kecil-kecilan dengan mengerahkan teman kelasnya untuk maju mengkritik kebijakan yang ada pada awal menginjakkan kaki di Universitas itu... ia tak senang jika ini berlarut-larut dalam ketidakpastian... berbekal pengalaman yang nihil akan pergerakan ia pun maju... tp Fakultas pada saat itu tak mengakomodir... ia pun sadar... kekuatan segini tak akan cukup dan mampu untuk membawa perubahan yang signifikan...
hingga ia pun maju ke jenjang yang lebih tinggi dalam pergerakan ke-mahasiswaan... dia ingin dengan keberadaannya di lembaga itu mampu memperbaiki kondisi yang ada... ia pun mencalonkan sebagai Pengurus kelembagan tingkat Fakultas dan akhirnya di beri jabatan strategis untuk mencari kebobrokan sistem akademisi yang ada...
data ke data telah di kumpulkan hingga di putuskan mengadakan kegiatan yang mempertemukan petinggi-petinggi Fakultas dan Jurusan untuk membahas Problem yang ada... perwakilan kemahasiswaan pun menyampaikan Uneg-unegnya.. mulai dari tingkat jurusan, biro sampai ke fakultas...
tibalah waktunya si Zain tuk berbicara di depan para petinggi birokrat akademisi... dia memaparkan fakta demi fakta yang ada... dan berkesimpulan bahwa terjadi ketidak-adilan yang seharusnya mendapat respon dari petinggi-petinggi fakultas guna mencega kerugian yang berimbas ke mahasiswa...
Zain paham bahwa banyak di antara teman-temannya yang tergolong tak mampu, miskin dan melarat... Zain juga paham bahwa akibat dari hal ini banyak mahasiswa yang tak mampu melanjutkan Studi nya... lantas dari mana pendidikan bisa maju jika hal ini terus di biarkan...
tapi bukan hal muda kecaman pun ia segera dapatkan... bahkan ancaman akademik dia terima...
perlakuan itu membuat borgol bagi kakinya... pembungkam bagi mulutnya...
hingga di akhir semesternya Zain terus mendapat tekanan yang amat pedih... orantua di kampung mengarapkan anakdanya lekas sarjana tapi hal itu sulit di realisasikan oleh Zain... mengigat tekanan di terimanya...
haruskah Idealisme ia abaikan dan memilih untuk menjilat bermanis muka seakan kebenaran yang di ucapkannya beberapa tahun lalu itu salah dalam tindakannya...
haruskah ia mengagadaikan idealismenya dan memilih mengiakan kebathilan yang terjadi...
ujian kesabaran sangat mengguncang hati... Zain sadar, bahwa jalan Lurus itu memang penuh duri, binatang buas siap menerkam dan Jurang yang siap menjatuhkan...
Zain teringat akan Sabda Rasulullah bahwa : "akan datang pada suatu Zaman, diamana Orang yang berpegang Teguh pada Agamanya (Kebenaran) seperti orang yang menggenggam bara Api"...
hingga ia harus memilih menyimpan Idealismenya itu di dalam Lemari yang berdebu dan tua... atau mempertaruhkan akademiknya yang menjadi Harapan dari Orang Tuanya Tercinta...
#Derita Aktivis Mahasiswa Idealis dan Ideologis
11 Jan 2015
Ketika Idealisme "dipertaruhkan"
Posted on 23:34 by Unknown
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment