Paman ayahanda beliau, yaitu Syaikh Abdul Ghafar Yunus Zallum, adalah mufti al-Khalil pada masa Daulah al-Khilafah Utsmaniyah. Keluarga Zallum termasuk keluarga yang memelihara dan mengurus Masjid al-Ibrahimi al-Khalil. Mereka termasuk keluarga yang memelihara (peninggalan) Nabi Ya‘qub as. Keluarga Zallum adalah orang-orang yang menjunjung ilmu di atas mimbar-mimbar pada hari Jumat (menjadi Khathib Jumat) dan hari-hari raya. Mereka adalah orang-orang yang mengusung ilmu di berbagai musim dan perayaan. Dulu Daulah Utsmaniyah mendistribusikan tugas mengurus masjid al-Ibrahimi kepada keluarga-keluarga terkenal di al-Khalil. Adalah suatu kehormatan dan kemuliaan bagi keluarga-keluarga itu mendapat tugas mengurus Masjid al-Ibrahimi al-Khalil.Syaikh Abdul Qadim Zallum tumbuh dan berkembang di kota al-Khalil hingga mencapai usia lima belas tahun. Beliau menempuh pendidikan dasar di Madrasah al-Ibrahimiyah di al-Khalil. Kemudian ayahanda beliau rahimahullâh memutuskan untuk mengirim beliau ke al-Azhar asy-Syarif untuk mempelajari fikih, agar menjadi pengembannya dan bagian dari orang-orang yang menyeru kepada Allah Swt.Setelah beliau genap berusia lima belas tahun, ayahanda beliau mengirimkan beliau ke Kairo, yakni ke Universitas al-Azhar. Hal itu terjadi pada tahun 1939 M. Beliau memperoleh ijazah al-Ahliyah al-غlâ pada tahun 1942 M. Berikutnya, beliau memperoleh ijazah Pendidikan tinggi (Syahâdah al-آliyah) Universitas al-Azhar pada tahun 1947. Kemudian beliau memperoleh Ijazah al-آlamiyah dalam bidang keahlian al-Qadhâ’ (peradilan), seperti ijazah doktor sekarang ini, pada tahun 1368 H – 1949 M.Selama perang Palestina-Israel, Syaikh Zallum beraktivitas menghimpun para pemuda dan kembali dari Mesir untuk berjihad di Palestina. Namun, ketika Beliau kembali, perdamaian telah diumumkan dan perang pun telah berhenti. Karenanya, Beliau tidak berkesempatan berjihad di Palestina meski beliau telah bertekad untuk itu. Beliau dicintai oleh rekan-rekan sejawat beliau di Universitas al-Azhar. Mereka memanggil beliau “al-Mâlik”, hal itu karena beliau sangat menonjol dalam pelajaran beliau. Ketika kembali ke al-Khalil pada tahun 1949 M, beliau bekerja dalam bidang pengajaran. Beliau diangkat menjadi guru di Madrasah Bait al-Lahem selama beberapa tahun. Kemudian beliau pindah ke al-Khalil pada tahun 1951 dan bekerja sebagai guru di Madrasah Usamah bin Munqidz.Syaikh Zallum berjumpa dengan Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullâh pada tahun 1952. Lalu Syaikh Zallum pergi ke al-Quds untuk bergabung dengan Syaikh Taqiyuddin dan melakukan kajian serta berdiskusi seputar masalah partai (Hizb). Beliau telah bergabung dengan Hizbut Tahrir sejak awal mula aktivitas Hizb. Beliau menjadi anggota qiyâdah Hizb sejak tahun 1956 M. Beliau adalah seorang orator ulung sekaligus dicintai oleh masyarakat. Beliau menyampaikan kajian sebelum shalat Jumat di masjid al-Ibrahimi di ruang yang disebut al-Yusufiyah. Kajian itu dihadiri oleh banyak orang. Kemudian Beliau juga menyampaikan kajian setelah shalat Jumat di masjid yang sama di ruang yang disebut ash-Shuhn. Kajian ini juga dihadiri oleh banyak orang. Ketika diumumkan (rencana) Pemilu anggota parlemen pada tahun 1954 M, Beliau mencalonkan diri di Kota al-Khalil. Begitu juga pada tahun 1956. Akan tetapi, di kedua Pemilu itu Beliau tidak berhasil karena kecurangan berupa pemalsuan hasil Pemilu yang dilakukan oleh negara. Beliau pernah ditangkap dan dijebloskan di penjara al-Jafar ash-Shahrawi (Penjara al-Jafar ash-Shahrawi adalah penjara di padang pasir yang berada di al-Jafar, suatu desa yang berbatasan dengan Desa Ma’an di bagian selatan Yordania. Penjara ini khusus untuk para tahanan politik, red.). Beliau menempati penjara itu selama beberapa tahun sampai Allah memberikan karunia dengan pembebasan beliau.Syaikh Abdul Qadim Zallum rahimahullâh benar-benar merupakan seorang pembantu terpercaya bagi amir pendiri Hizb (Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullâh) dan menjadi salah satu anak panah di busur amir pendiri Hizb. Syaikh Taqiyuddin sering mengutus Syaikh Zallum untuk beberapa tugas besar dan beliau tidak ragu sedikitpun. Syaikh Zallum rahimahullâh lebih mengedepankan dakwah daripada keluarga, anak-anak, dan kenikmatan-kenikmatan dunia yang berlimpah. Hari ini Anda melihat beliau di Turki, besok di Irak, besoknya di Mesir, kemudian di Lebanon, Yordania dan di tempat-tempat lain. Kapan saja amir beliau, yaitu Syaikh Taqiyuddin rahimahullâh meminta Syaikh Zallum, maka Syaikh Zallum selalu berada di sisi amir dan siap melaksanakan kebenaran (al-haqq). Salah satu misi Syaikh Zallum di Irak adalah misi yang sangat penting yang tidak bisa dilakukan kecuali oleh orang pilihan di antara orang-orang pilihan. Beliau melaksanakan misi itu sesuai dengan yang dibebankan oleh dan di bawah pengarahan amir pendiri Hizb, Syaikh Taqituddin an-Nabhani. Kondisi beliau di sana (Irak) atas izin Allah sungguh agung.Ketika amir pendiri Hizb, Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullâh wafat, Syaikh Zallum terpilih untuk mengemban amanah sesudahnya. Beliau mengemban amanah ini dan menjalankannya dari satu dataran tinggi ke dataran tinggi yang lain. Beliau lantang berdakwah. Medan dakwah pun semakin meluas hingga mencapai kaum Muslim di Asia Tengah dan Asia Tenggara. Bahkan gaung dakwah bergema di Eropa dan benua lainnya. Pada akhir masa Al-’Alim al-Kabîr (Syaikh Abdul Qadim Zallum rahimahullâh) ini, terjadi fitnah pelanggaran, yaitu ketika setan berhasil menyelusup dan membisikkan ke dalam pikiran sekelompok orang. Mereka memanfaatkan kelembutan Syaikh Zallum. Mereka melangsungkan perkara di malam hari (secara rahasia). Mereka berupaya membelokkan perjalanan Hizb dari jalannya yang lurus. Kelompok orang-orang yang melanggar itu (an-nâkitsîn) berupaya menciptakan luka yang dalam di tubuh Hizb seandainya Allah tidak menyembuhkannya. Berkat kebijaksanaan dan keteguhan hati Syaikh Zallum, upaya-upaya orang-orang yang melanggar (an-nâkitsîn) tidak bisa lebih dari hanya sekadar menciptakan bekas luka yang dangkal dan tidak bertahan lama. Tubuh Hizb pun dengan cepat sembuh kembali dan menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Kelompok an-nâkitsîn itu pun mengundurkan diri dan berada di tempat yang dilupakan.Al-’Alim al-Kabîr Syaikh Abdul Qadim Zallum rahimahullâh terus mengemban dakwah dan kepemimpinan Hizb hingga mencapai usia lebih dari delapan puluh tahun. Saat itu seakan Beliau merasakan bahwa ajal Beliau sudah dekat. Karena itu, beliau menyukai akan berjumpa dengan Allah Swt. Beliau merasa puas dan yakin terhadap jalannya dakwah yang telah beliau jalani dan beliau emban tugas-tugasnya selama dua pertiga usia Beliau. Sekitar dua
puluh lima tahun Beliau menjadi pembantu terpercaya bagi amir pendiri Hizb, Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullâh, dan kurang lebih selama dua puluh lima tahun beliau memimpin perjalanan Hizb sebagai amir Hizb.Beliau lalu mengundurkan diri dari kepemimpinan Hizb dan menyaksikan pemilihan amir Hizb sesudah beliau. Begitulah apa yang terjadi. Beliau mengundurkan diri dari kepemimpinan Hizb pada hari Senin tanggal 14 Muharram 1424 H – 17 Maret 2003 M.Lalu sekitar empat puluh hari setelah itu, Al-’Alim al-Kabîr, amir Hizbut Tahrir, Syaikh Abdul Qadim Yusuf Zallum rahimahullâh wafat di Beirut pada malam Selasa tanggal 27 Shafar 1423 H – 29 April 2003 M pada usia lebih dari delapan puluh tahun. Rumah duka diselenggarakan di Diwan (rumah induk) Abu Gharbiyah asy-Sya’rawi di al-Khalil. Saat itu Kota al-Khalil belum menyaksikan pemandangan serupa saat masyarakat dari berbagai kota dan desa mengirimkan utusan, para penyair, para pembicara dan orang-orang yang berlomba-lomba mengirimkan kalimat dalam bentuk syair dan prosa untuk ikut serta menyampaikan bela sungkawa. Dering telepon berbunyi susul-menyusul menyampaikan kepada semua yang hadir kalimat duka dan bergabung dalam bela sungkawa dari Sudan, Kuwait, berbagai penjuru Eropa, Indonesia, Amerika, Yordania, Mesir dan dari berbagai penjuru dunia lainnya. Hal yang sama juga terjadi di rumah duka yang diselenggarakan di Amman dan tempat lainnya. Beliau rahimahullâh senantiasa menyampaikan dan berjalan di dalam kebenaran, tidak takut sedikitpun di jalan Allah terhadap celaan orang-orang yang suka mencela. Beliau terus beraktivitas tanpa kenal lelah dan tidak pernah bersikap lemah di jalan dakwah. Beliau dikenal tawaduk, berakhlak mulia, memiliki hubungan yang damai dan sejuk terhadap selain mahram. Beliau dikenal lemah lembut dan mulia. Beliau juga dikenal banyak melakukan qiyâm al-layl dan sering menangis saat sedang membaca ayat-ayat Allah Swt. Beliau dikenal dengan kesabaran dan kekuatan di jalan dakwah. Beliau hidup terasing dan dikejar-kejar oleh orang-orang zalim hingga Allah Swt. mewafatkan Beliau. Pahalanya hanya di sisi Allah. Semoga Allah merahmati Beliau dengan rahmatnya yang mahaluas.Di antara karya beliau dan buku serta boklet yang dikeluarkan Hizbut Tahrir pada masa beliau adalah:
- Al-Amwâl fî Dawlah al-Khilâfah (Pengelolaan Kekayaan dalam Daulah Khilafah).
- Perluasan dan revisi atas kitab Nizhâm al-Hukm fî al-Islâm (Sistem Pemerintahan Islam) karya Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani.
- Ad-Dîmuqrâthiyah Nizhâm Kufr (Demokrasi Sistem Kufur)
- Hukm asy-Syar’ fî al-Istinsâkh wa Naql al-A’dhâ’ wa Umûr Ukhrâ (Hukum Syariah dalam Masalah Kloning, Transplantasi Organ dan Masalah Lainnya).
- Manhaj Hizb at-Tahrîr fî Taghyîr (Metode Hizbut Tahrir dalam Melakukan Perubahan Total)
- At-Ta‘rîf bi Hizb at-Tahrîr (Mengenal Hizbut Tahrir).
- Al-Hamlah al-Amîrikiyah li al-Qadhâ’ ‘alâ al-Islâm (Serangan Amerika untuk Menghancurkan Islam).
- Al-Hamlah ash-Shalîbiyah li Jûrj Busy ‘alâ al-Muslimîn (Serangan Salib George Bush untuk Menghancurkan Kaum Muslim).
- Hazât al-Aswâq al-Mâliyah (Keguncangan Pasar Modal).
- Hatmiyah Shirâ’ al-Hadhârât (Keniscayaan Benturan Antar Peradaban).
0 comments:
Post a Comment