Allah SWT sesungguhnya telah memuliakan manusia dalam kedudukan yang amat tinggi. Betapa tinggi kemuliaan manusia di mata Allah SWT hingga jika seorang manusia membunuh manusia lain tanpa alasan yang dibenarkan, maka di mata Allah SWT, sama saja ia dengan membunuh seluruh manusia. Allah SWT berfirman (yang artinya): Siapa saja yang membunuh suatu jiwa bukan karena orang itu membunuh atau membuat kerusakan di muka bumi, maka dia seperti membunuh seluruh manusia (TQS al-Maidah [5]: 32).
Apalagi jika itu menyangkut jiwa
seorang Muslim. Baginda Rasulullah SAW bersabda, “Mencela seorang Muslim
adalah kefasikan, sementara membunuhnya adalah kekufuran.” (HR al-Bukhari
dan Muslim).
Sebaliknya, Allah SWT dan Rasul-Nya,
telah memerintahkan untuk memuliakan sesama Muslim. Tentu karena sesama Muslim
adalah saudara. Ibn Umar ra menuturkan bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Muslim
itu saudara bagi Muslim yang lain. Ia tidak saling menzalimi dan saling
membiarkan. Siapa saja yang menghilangkan suatu kesulitan dari seorang Muslim,
maka Allah SWT akan menghilangkan kesulitan bagi dirinya di antara berbagai
kesulitan pada Hari Kiamat kelak. Siapa saja yang menutupi aib seorang Muslim,
Allah pasti akan menutupi aibnya pada Hari Kiamat nanti.” (Muttafaq
a’laih).
Abu Hurairah pun berkata bahwa
Baginda Rasulullah SAW pernah bersabda, “Muslim itu saudara bagi Muslim yang
lain. Ia tidak saling mengkhianati, saling mendustakan dan saling menghinakan.
Setiap Muslim adalah haram bagi Muslim yang lain menyangkut kehormatan, harta
dan darahnya.” (HR at-Tirmidzi).
Bahkan terhadap Muslim yang zalim
pun, Rasulullah tetap menyuruh kita menyayangi dia dengan cara menolongnya.
Beliau pernah bersabda, “Tolonglah saudaramu, baik pelaku kezaliman maupun
korban yang dizalimi.” Seorang sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, saya
menolongnya jika ia dizalimi. Lalu bagaimana saya harus menolong orang yang
melakukan kezaliman?” Rasul menjawab, “Cegahlah dia dari berlaku zalim.
Itulah bentuk pertolongan kamu kepadanya.” (HR al-Bukhari).
Begitu indahnya sikap memuliakan
sesama Muslim juga ditunjukkan oleh sabda Rasulullah sebagaimana dituturkan
oleh Abu Hurairah, “Hak Muslim atas Muslim yang lain ada lima: menjawab
salam, mengunjungi yang sakit, mengiringi jenazah, memenuhi undangan dan
mendoakan yang bersin.” (Muttafaq ‘alaih).
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa
Rasulullah bersabda, “Hak Muslim atas Muslim yang lain ada enam: jika
bertemu, ucapkanlah salam; jika mengundang, penuhilah; jika meminta nasihat,
berilah nasihat; jika bersin, ucapkanlah hamdallah dan doakanlah; jika sakit,
jenguklah; jika meninggal, iringilah jenazahnya.” (HR Muslim).
Selain itu, sudah sepantasnya sesama
Muslim saling menguatkan, sebagaimana sabda Baginda Rasulullah, “Mukmin
dengan Mukmin yang lain itu seperti satu bangunan; satu sama lain saling
menguatkan.” (Muttafaq ‘alaih).
Beliau pun bersabda sebagaimana
dituturkan oleh Nu’man bin Busyair, “Perumpamaan kaum Mukmin itu dalam
kasih-sayang dan sikap lemah-lembut mereka adalah seperti satu tubuh; jika
salah satu anggota tubuh itu merasakan sakit, maka seluruh bagian tubuh yang
lain akan panas dan demam.” (Muttafaq ‘alaih).
Lebih dari sekadar saling
menguatkan, sikap memuliakan sesama Muslim juga sejatinya tercermin dalam hal
saling menyayangi sepenuh hati. Apalagi Baginda Rasulullah pernah bersabda,
sebagaimana dituturkan oleh Jarir bin Abdillah. “Siapa saja yang tidak
menyayangi manusia, Allah tidak akan menyayangi dirinya.” (Muttafq ‘alaih).
Aisah ra pun menuturkan bahwa suatu
ketika datang sekelompok Arab pedalaman kepada Baginda Rasulillah. Mereka lalu
berkata, “Apakah kalian bisa menciumi anak-anak kalian?” Beliau menjawab, “Betul.”
Mereka berkata, “Akan tetapi, kami, demi Allah, tidak melakukannya.” Beliau
kembali bersabda, “Apakah kalian ingin Allah mencabut sikap welas-asih dari
kalbu-kalbu kalian?” (Muttafaq ‘alaih).
Bagaimana pula gambaran sikap
memuliakan sesama Muslim tercermin dalam sabda Rasulullah sebagaimana
dituturkan oleh Abu Hurairah, “Jika salah seorang di antara kalian mengimami
orang-orang, hendaklah dia meringankan shalatnya karena sesungguhnya di antara
mereka ada orang yang lemah, sakit dan tua. Jika salah seorang di antara kalian
shalat sendirian, maka silakan dia memanjangkan shalatnya sesuka hatinya.”
(Muttafaq ‘alaih).
Abu Qatadah pun menuturkan bahwa
Baginda Rasulullah pernah bersabda, “Sesungguhnya aku pernah mengimami
shalat dan ingin memanjangkannya. Tiba-tiba aku mendengar tangisan bayi. Aku
pun mempercepat shalatku karena khawatir tangisan bayi itu membebani ibunya.”
(HR al-Bukhari).
Sungguh, betapa indahnya jika sikap memuliakan
sesama Muslim ini benar-benar selalu kita wujudkan dalam keseharian kita. Wama
tawfiqi illa bilLah.
0 comments:
Post a Comment