Bendera Negara Khilafah |
Pertanyaannya:
Tidak sedikit di antara kaum Muslim—khususnya mereka yang masih kental dengan
kehidupan beragama—yang menyakini bahwa Khilafah akan kembali tegak. Dan
Khilafah yang akan tegak kembali itu adalah Khilafah ‘ala minhaji an-nubuwah,
Khilafah yang sesuai dengan metode kenabian, yang mereka maksudkan dengan itu
adalah Khilafah Rasyidah. Namun, aku tidak melihat mereka itu melakukan aktivitas
untuk menegakkan Khilafah ini. Apabila mereka ditanya tentang alasan mengapa
mereka berdiam diri (tidak melakukan) aktivitas menegakkan Khilafah, maka
mereka menjawab bahwa Imam Mahdi-lah kelak yang akan menegakkannya. Dan sebelum
datangnya Imam Mahdi, Khilafah tidak akan pernah tegak. Oleh karena itu, tidak
perlu menyeru mereka untuk beraktivitas menegakkan Khilafah. Sehingga,
pertanyaannya: Apakah Khilafah akan tegak secara nyata; dan apakah Imam Mahdi
yang akan menegakkannya?
Jawab:
Sesungguhnya pernyataan bahwa Khilafah akan tegak adalah pernyataan yang benar,
yang ditunjukkan oleh banyak sekali hadits dari Nabi SAW, dan hadits-hadits itu
semuanya shahih atau hasan. Mengingat, hadits-hadits itu tidak ada yang
mutawatir, maka masalah ini tidak boleh dijadikan sebagai sebuah keyakinan.
Sehingga, pernyataan bahwa kaum Muslim meyakini bahwa Khilafah akan tegak
adalah pernyataan yang tidak benar. Sebab, keyakinan itu harus dibangun
berdasarkan ayat Al-Qur’an atau hadits mutawatir. Sementara berdirinya Khilafah
terdapat dalam hadits-hadits shahih dan hasan, bukan hadits mutawatir.
Sehingga, tidak boleh menjadikan berdirinya kembali Khilafah sebagai sebuah
keyakinan. Namun, kami membenarkan akan berdirinya kembali Khilafah dengan
pembenaran yang tidak pasti; kami katakan bahwa Khilafah akan tegak kembali
dengan izin Allah. Berikut ini hadits-hadits terkait masalah tersebut:
Pertama.
Dari Sauban radhiyallahu ‘anhu berkata: Bersabda Rasulullah SAW:
إِنَّ اللهَ
زَوَى لِي اْلأَرْضَ فَرَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا وَإِنَّ أُمَّتِي
سَيَبْلُغُ مُلْكُهَا مَا زُوِيَ لِي مِنْهَا
“Sesungguhnya
Allah telah mengumpulkan (memperlihatkan) bumi kepadaku. Sehingga, aku melihat
bumi mulai dari ujung Timur hingga ujung Barat. Dan umatku, kekuasaannya akan
meliputi bumi yang telah dikumpulkan (diperlihatkan) kepadaku….” (HR. Muslim,
Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi).
Sabda
beliau, “umatku, kekuasaannya akan meliputi bumi yang telah dikumpulkan
(diperlihatkan) kepadaku” belum terrealisasikan hingga sekarang. Sebab, kaum
Muslim belum pernah menguasai bumi mulai ujung Timur hingga ujung Barat hingga
sekarang. Dan ini akan terjadi di masa yang akan datang. Sehingga ini menjadi
isyarat akan berdirinya negara bagi kaum Muslim yang akan menaklukkan bumi
mulai dari ujung Timur bumi hingga ujung Baratnya.
Kedua. Dari
Ibnu Umar radhiyallahu ’anhu berkata: Aku telah mendengar Rasulullah SAW
bersabda:
إِذَا
تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ
بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا
يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ
”Jika kalian
telah berjual-beli dengan cara ’înah (penjualan secara kredit dengan tambahan
harga); dan kalian telah mengambil ekor sapi, lalu kalian (lebih) suka bertani,
hingga kalian meninggalkan jihad, maka (ketika itu) Allah menimpakan kepada
kalian kehinaan, Allah tidak akan mecabutnya sampai kalian kembali ke agama
kalian.” (HR. Abu Dawud)
Sabda
beliau, ”sampai kalian kembali ke agama kalian” artinya adalah sampai kalian
kembali melaksanakan ajaran agama, dan menerapkannya untuk semua urusan
kehidupan kalian. Dengan demikian, hadits ini merupakan bisyârah (kabar
gembira) dari Rasulullah SAW bahwa kaum Muslim akan kembali lagi menerapkan
agamanya secara kâffah, menyeluruh, setelah sebelumnya mereka meninggalkannya.
Ketiga. Dari
Abu Qabil yang berkata: Kami berada di sisi Abdullah bin Amr bin Al-Ash
radhiyallahu ’anhu. Lalu, ia ditanya tentang manakah di antara dua kota yang
akan ditaklukkan pertama, Konstantinopel atau Roma. Kemudian ia mengambil kotak
yang ada hiasannya, ia mengeluarkan surat dari katak tersebut, ia berkata:
Abdullah Berkata, ”Pada saat kami sedang menulis di sisi Rasulullah SAW,
tiba-tiba Rasulullah SAW ditanya, manakah di antara dua kota yang akan
ditaklukkan pertama, Konstantinopel atau Roma. Rasulullah SAW bersabda:
مَدِينَةُ
هِرَقْلَ تُفْتَحُ أَوَّلاً يَعْنِي قُسْطَنْطِينِيَّةَ
”Kota
Heraklius yang akan ditaklukkan pertama—yakni Konstantinopel.” (HR. Ahmad)
Ketika
Rasulullah SAW ditanya tentang penaklukkan dua kota, Konstantinopel dan
Rumiyah—yaitu Roma ibu kota Italia—beliau tidak menafikan (membantah)
penaklukkan Roma. Namun beliau hanya mengatakan bahwa Konstantinopel akan
ditaklukkan pertama. Ini menunjukkan bahwa Roma akan ditaklukkan setelahnya.
Sementara hingga saat ini, Roma belum ditaklukkan oleh kaum Muslim. Dengan
demikian, hadits ini merupakan bisyârah (kabar gembira), bahwa kaum Muslim akan
menaklukkan ibu kota Italia tersebut. Dan tidak terbayangkan bahwa kaum Muslim
akan menaklukkannya sebelum kembalinya Khilafah yang menghidupkan kembali jihad
di jalan Allah dan penaklukkan kota (melakukan futuhat).
Keempat.
Dari Nu’man bin Basyir, dari Hudzaifah radhiyallahu ’anhu berkata: Rasulullah
SAW bersabda:
تَكُونُ
النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا
شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ
فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ
أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ
يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا
جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا
شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ
ثُمَّ سَكَتَ
“Akan ada
fase kenabian di tengah-tengah kalian. Dengan kehendak Allah, ia akan tetap
ada, kemudian Dia akan mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya.
Kemudian akan ada fase Khilafah berdasarkan metode kenabian. Dengan kehendak
Allah, ia akan tetap ada, kemudian Dia akan mengakhirinya, jika Dia berkehendak
untuk mengakhirinya. Kemudia akan ada fase penguasa yang zalim. Dengan kehendak
Allah, ia akan tetap ada, kemudian Dia akan mengakhirinya, jika Dia berkehendak
untuk mengakhirinya. Lalu akan ada fase penguasa diktator. Dengan kehendak
Allah, ia akan tetap ada, kemudian Dia akan mengakhirinya, jika Dia berkehendak
untuk mengakhirinya. Selanjutnya akan datang kembali Khilafah berdasarkan
metode kenabian. Kemudian belia SAW diam.” (HR. Ahmad dan Ath-Thabarani)
Hadits ini
menjelaskan bahwa Khilafah akan tegak kembali setelah fase penguasa yang zalim
(mulkan ’adhan), dan fase penguasa diktator (mulkan jabariyan). Dan Khilafah
yang akan tegak itu adalah Khilafah ‘ala minhaji an-nubuwah, Khilafah yang sesuai
dengan metode kenabian, yakni Khilafah yang menilai dirinya seperti Khilafah
pada masa Khulafaur Rasyidin. Sehingga dengan izin Allah, Khilafah yang akan
tegak adalah Khilafah Rasyidah. Inilah jawaban untuk pertanyaan masalah
pertama. Sedangkan jawaban untuk pertanyaan masalah kedua adalah sebagai
berikut:
Sesungguhnya,
sekalipun hadits-hadits an-nabawiyah asy-syarîfah menyebutkan bahwa Al-Mahdi
akan menegakkan Khilafah, maka hal ini tidak menunjukkan bahwa kaum Muslim
wajin menunggu Al-Mahdi sampai Al-Mahdi mendirikan Khilafah untuk mereka. Apa
yang diwajibkan atas mereka tetap wajib, yaitu menegakkan Khilafah. Menegakkan
Khilafah di samping wajib atas Al-Mahdi, wajib pula atas kaum Muslim selain
dia. Sehingga, mereka yang masih kental dengan kehidupan beragama, seperti yang
digambarkannya, tidak punya hujjah (alasan) yang dapat mereka jadikan dasar
untuk berdiam diri, tidak beraktivitas untuk menegakkan Khilafah, hanya dengan
mengajukan pernyataan bahwa Al-Mahdi yang akan menegakkan Khilafah, sebagaimana
hal itu tampak dengan jelas. Oleh karena itu, mereka yang masih beragama, namun
berdiam diri, tidak beraktivitas menegakkan Khilafah, maka mereka berdosa,
akibat sikapnya yang berdiam diri, tidak berbuat apa-apa, dan Allah juga akan
meminta pertanggungjawaban mereka atas sikap diamnya ini. Konsekwensinya, jika
mereka mati sebelum tegaknya Khilafah, maka ia mati seperti matinya kaum
jahiliyah (mati dalam keadaan berdosa). Sebab, ada riwayat dari Abdullah bin
Umar radhiyallahu ’anhu yang berkata: Aku telah mendengar Rasulullah SAW
bersabda:
مَنْ خَلَعَ
يَدًا مِنْ طَاعَةٍ لَقِيَ اللَّهَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا حُجَّةَ لَهُ وَمَنْ
مَاتَ وَلَيْسَ فِي عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً
“Siapa saja
yang melepaskan ketaatan, maka ia akan bertemu Allah pada hari kiamat tanpa
memiliki hujjah. Dan siapa saja yang meninggal sedang di pundaknya tidak ada
baiat, maka ia mati seperti mati jahiliyah (dalam keadaan berdosa).” (HR.
Muslim).
Sementara
itu, orang yang selamat dari mati jahiliyah adalah orang-orang yang
beraktivitas menegakkan Khilafah. Oleh karena itu, wahai orang-orang yang masih
beragama waspadalah agar jangan sampai kalian mati jahiliyah, yang tentu kalian
tidak menginginkannya. Ini yang pertama.
Kedua,
sesungguhnya hadits-hadits an-nabawiyah asy-syarîfah tidak secara mutlak
menyebutkan bahwa Al-Mahdi yang akan menegakkan Khilafah, karena banyak sekali
hadits yang meriwayatkannya. Sedangkan, masing-masing hadits yang disebutkan
semuanya menunjukkan bahwa Al-Mahdi adalah seorang Khalifah yang baik dan
memerintah dengan adil. Misalnya sabda Rasulullah SAW:
الْمَهْدِيُّ
مِنِّي أَجْلَى الْجَبْهَةِ أَقْنَى اْلأَنْفِ يَمَْلأُ اْلأَرْضَ قِسْطًا
وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا يَمْلِكُ سَبْعَ سِنِينَ
“Al-Mahdi
itu dari keturunanku, wajahnya tampan, dan hidungnya mancung. Ia akan memenuhi
bumi dengan kebaikan dan keadilan. Dimana sebelumnya, bumi dipenuhi dengan
kekejaman dan ketidak adilan. Dan ia berkuasa selama tujuh tahun.” (HR. Abu
Dawud)
Sehingga,
dalam hal ini, nama nash yang mereka jadikan dalil bahwa Al-Mahdi yang akan
menegakkan Khilafah? Justru kami memiliki nash yang menolak pemahaman bahwa
Al-Mahdi yang akan menegakkan Khilafah. Dan nash ini menjelaskan bahwa Al-Mahdi
akan menjadi Khalifah setelah meninggalnya Khalifah sebelumnya. Sehingga, ini
menegaskan bahwa Khilafah akan tegak sebelum Al-Mahdi menjadi Khalifah.
Al-Mahdi adalah Khalifah yang menggantikan Khalifah sebelumnya dalam daulah
Khilafah Rasyidah yang—tidak lama lagi—akan datang (berdiri) dengan izin Allah.
Sekali lagi, ini menegaskan bahwa Al-Mahdi bukan orang yang menegakkan
Khilafah. Dengan begitu, gugurlah hujjah (alasan) mereka untuk berdiam diri,
tidak beraktivitas, dan hanya menunggu Al-Mahdi, yang menurut klaim mereka
bahwa Al-Mahdi inilah yang akan menegakkan Khilafah untuk mereka.
Diriwayatkan
bahwa Ummu Salamah radhiyallahu ’anha berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda:
يَكُونُ
اخْتِلافٌ عِنْدَ مَوْتِ خَلِيْفَةٍ فَيَخْرُجُ رَجُلٌ مِنْ بَنِي هَاشِمٍ
فَيٌّاتِي مَكَّةَ، فَيَسْتَخْرِجُهُ النَّاسُ مِنْ بَيْتِهِ بَيْنَ الرُّكْنِ
وَالمَقَامِ، فَيُجَهَّزُ إليهِ جَيْش مِنَ الشَّامِ حَتَّى إذَا كَانُوا
بالبَيْدَاءِ خُسِفَ بِهِمْ، فَيَأتِيْهِ عَصَائِبُ العِرَاقِ وأبْدَالُ الشَّامِ:
ويَنْشئا رَجُلٌ بالشَّامِ أَخْوالُهُ مِنْ كَلْبٍ، فَيُجَهَّزُ إليهِ جَيْش،
فَيَهْزِمُهُمُ الله، فَتَكُونُ الدَّائِرَةُ عَلَيْهِمْ، فَذَلِكَ يَوْمُ كَلْبٍ،
الخَائِبُ مَنْ خَابَ مِنْ غَنِيْمَةِ كَلْبٍ، فَيَسْتَفْتِحُ الكُنُوزَ،
وَيَقْسِمُ أَلامْوَالَ وَيُلْقِي إلاسْلاَمُ بِجَرَانِهِ ِإلى أَلارْضِ،
فَيَعِيْشُونَ بِذَلِكَ سَبْعَ سِنينَ أو قال: تِسْعَ.
“Terjadi
perselisihan ketika meninggalnya seorang Khalifah. Kemudian, seorang dari Bani
Hasyim (Al-Mahdi) keluar pergi ke Makkah. Masyarakat membawanya (Al-Mahdi)
keluar rumah menuju antara ar-rukn (hajar aswad) dan al-maqâm (maqam Ibrahim
‘alaihissalam). Sementara, dari Syam telah disiapkan pasukan untuk
menyerangnya, namun ketika mereka berada di al-Baida’ (sebuah tempat antara
Makkah dan Madinah), mereka semua ditenggelamkan (oleh Allah). (Melihat
karamahnya itu), beberapa kelompok dari Irak, dan para wali (Abdal) dari Syam
mendatanginya (untuk berbaiat). Seseorang di Syam yang ibunya dari Bani Kalb,
menyiapkan pasukan untuk menyerangnya, kemudian Allah-pun mengalahkan mereka,
sehingga bencana pun menimpa mereka, maka hari itu merupakan hari kekalahan
bagi Bani Kalb. Bahkan, orang yang menyesal adalah orang yang tidak berhasil
mendapatkan ghanimah (harta rampasan perang) Bani Kalb. Kemudian, ia (Al-Mahdi)
membuka berbagai harta simpanan, membagi-bagi harta, menyampaikan
(mendakwahkan) Islam ke wilayah-wilayah sekitarnya. Masyarakat hidup bersama
(Al-Mahdi) itu selama tujuh tahun, atau sembilan tahun.” (HR. Ath-Thabarani
dalam Al-Ausath, Al-Haitsami menyebutnya dalam Majma’uz Zawâij, ia berkata
“semuanya rawinya adalah para rawi yang shahih).
Hadits ini
disepakati oleh para rawi hadits dan pensyarahnya bahwa Khalifah yang dimaksud
dalam hadits ini adalah Al-Mahdi (Imam Mahdi). Hadits ini merupakan nash yang
sharîh (gamblang) bahwa Khalifah (Imam Mahdi) ini datang menggantikan Khalifah
sebelumnya, “Terjadi perselisihan ketika meninggalnya seorang Khalifah.
Kemudian, seorang dari….” Dengan demikian, Imam Mahdi bukan orang yang akan
menegakkan Khilafah, dan ia juga bukan Khalifah pertama dalam negara Khilafah
Rasyidah—yang tidak lama lagi—akan tegak dengan izin Allah. Sehingga yang
tersisa di depan setiap orang Muslim adalah kekhawatiran dan ketakutan dari
mati jahiliyah, mati dalam keadaan berdosa. Oleh karena itu, tidak ada jalan lain,
selain bangkit dengan penuh semangat beraktivitas untuk menegakkan kembali
Khilafah, dan mengangkat seorang Khalifah. Wallahu a’lam bish-shawab.(www. http://www.al-aqsa.org)
As stated by Stanford Medical, It is in fact the one and ONLY reason women in this country get to live 10 years longer and weigh 42 pounds lighter than us.
ReplyDelete(And realistically, it has NOTHING to do with genetics or some hard exercise and really, EVERYTHING related to "how" they are eating.)
BTW, I said "HOW", and not "WHAT"...
Tap on this link to see if this quick questionnaire can help you find out your true weight loss potential